Joy Division dan Kekalutan Pribadi

Muhammad Fachri Darmawan
3 min readOct 7, 2021

“Jangan tumpahkan dirimu terlalu banyak dalam karyamu.”

Joy Division jelas-jelas mengabaikan peringatan Oscar Wilde di atas tentang bahaya menulis subjek yang terlalu personal, karena apapun tentang Joy Division adalah sangat personal jika dilihat dari segi lirik, musik, atmosfer, serta persinggungannya dengan skena post-punk dan generasi-generasi setelahnya. Joy Division dalam format aslinya hanya mengeluarkan dua album studio, Unknown Pleasure (1979) dan Closer (1980), selain An Ideal of Living (1978) ketika masih benama Warsaw dan album-album lain yang dikeluarkan New Order, transformasi yang dibentuk setelah Curtis meninggal. Namun, keduanya memiliki ciri yang begitu khas, sebuah campuran efek horror Nazi dan eksplorasi gelap Curtis tentang “kesunyian yang menunggu di ujung jalan”.

Curtis, Camus, dan Chaos

To the center of the city where all roads meet, waiting for you,
To the depths of the ocean where all hopes sank, searching for you,
I was moving through the silence without motion, waiting for you,
In a room with a window in the corner I found truth.

Di atas adalah penggalan lirik dari Shadowplay dan tidak ada satu lagu pun dalam album Unknown Pleasure yang dirilis pada tahun 1979 memberikan keterangan tentang makna dari judul album tersebut. Alhasil, pendengar dibuat menerka-nerka. Tapi mungkin itu yang diinginkan Curtis yang membuat sebagian besar lirik Joy Division. Atau mungkin saja, Curtis sang introvert, hanya bergumam seorang diri, menuangkan apa yang ada dalam pikirannya, dan kita para pendengarnya, berjuang setengah mati untuk masuk ke dalam pintu yang jelas-jelas diberi tanda “dilarang masuk”, di mana Curtis seringkali mengunci diri dalam kamarnya dan juga dalam pikirannya.

Sedikit petunjuk mulai muncul dalam lagu Disorder lewat lirik “Could these sensation make me feel the pleasure of a normal man?”, sedangkan sensasi yang dimaksud adalah sensasi “hilang kendali” yang tergambar jelas dalam lirik berikut,

It’s getting faster, moving faster now, it’s getting out of hand,
On the tenth floor, down the back stairs, it’s no man’s land.

Ilusi “hilang kendali” muncul kembali pada lagu keenam dalam album ini, “She’s Lost Control” yang secara gamblang menjelaskan tentang chaos menghantui, sebuah kegalauan yang secara substansi lebih mendalam dan lebih filosofis daripada fenomena galau anak-anak muda zaman sekarang yang jelas-jelas tidak didasari oleh pertanyaan eksistensialisme Camus.

Dalam hal ini, Curtis layaknya Camus. Ia begitu tenggelam dalam pertanyaan absurd tentang kehidupan, yang ia akhiri secara eksplisit. Selain itu, konflik yang kerap kali muncul dalam lirik-liriknya dan didukung hentakan drum “detik jam” Stephen Morris dan paduan bass atau gitar yang mencekam, membuat Joy Division begitu gelap, namun memukau pada waktu yang sama.

Lirik Personal Paska Kegusaran Politis

Joy Division diusung sebagai salah satu penggagas awal post-punk pada akhir 1970-an. Post-punk sendiri merupakan istilah yang menggambarkan perubahan arah musik pasca era punk di Inggris yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan selanjutnya, new wave. Jika dalam punk kita bertemu dengan penyaluran ekspresi politik dan kekecewaan sosial yang seringkali diarahkan pada sistem diluar diri, maka dalam post-punk kita bertemu dengan sublimasi berbagai bentuk kekecewaan yang diinternalisasi ke dalam diri seseorang. Liriknya tidak berbicara lagi tentang penyebaran anarkisme di Inggris atau London yang terbakar, tapi berbicara tentang “mimpi-mimpi yang selalu berakhir”, dan kekacauan yang ada dalam post-punk lebih mengarah ke dalam, yang jika dilacak, kita tentu akan menemukan akar yang sama, sebuah kekecewaan pada sistem, namun di sini “kuasa sistem” berhasil membungkamnya.

Selain dari segi lirik, perubahan juga sangat terasa dalam arah musik. Post-punk terasa lebih eksperimental, sebut saja Devo, Public Image Ltd, atau Talking Head. Perubahan ini seakan mengurangi agresivitas punk dengan dobrakan-dobrakannya, namun walaupun post-punk dapat dikatakan “lebih jinak”, rasa kekacauan masih ada di sana. Dan dari seluruh band yang pernah disandingkan dengan genre ini, Joy Division adalah sebuah contoh ekstrem ketika kekacauan diinternaslisasi menjadi begitu personal dan Curtis menggambarkannya secara gamblang dengan lirik, juga dengan kematiannya.

--

--